Demonstrasi Berlanjut, Pakar: Jokowi Harus Redakan Emosi Publik


TEMPO.COJakarta - Gelombang penolakan terhadap rancangan undang-undang (RUU) bermasalah berlanjut hingga saat ini sampai ke daerah-daerah. Hari ini, demonstrasi yang diperkirakan akan diikuti mahasiswa dan masyarakat sipil akan digelar di depan DPRD Jawa Timur, Surabaya. Tak hanya mahasiswa, bahkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun ikut turun ke jalan.
Pengamat Politik asal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai opini menteri soal unjuk rasa dinilai tak lagi efektif, Presiden Jokowi disarankan turun langsung meredakan massa. Protes yang sudah dilakukan beberapa kali ini butuh sentuhan langsung dari presiden. “Jangan terlalu percaya diri, seakan protes ini dianggap biasa saja," kata dia saat dihubungi, Kamis 26 September 2019.
Eskalasi demonstrasi penolakan RUU bermasalah, kata Adi, terus naik. Demonstrasi ini cenderung brutal, karena ada proses komunikasi politik yang dirasa tersumbat. "Diperlukan statement Pak Jokowi, di mana standing positionnya. Jangan menterinya terus yang ngomong apalagi menterinya tidak punya domain untuk ngomongin itu."
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto getol mengomentari soal demonstrasi penolakan RUU bermasalah. Wiranto mengatakan penyampaian aspirasi dengan demonstrasi tak etis, dan banyak cara lain yang lebih terhormat. "Ketika ada satu jalur lain yang bisa lebih terhormat, bisa lebih etis, ya kirim perwakilan bicara dengan institusi yang memang perlu mendengarkan aspirasi masyarakat," kata Wiranto saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 23 September 2019.
Adi menilai, publik punya sentimen buruk terhadap Wiranto soal demonstrasi. Namanya kerap dikaitkan dengan demonstrasi mahasiswa tahun 1998 yang menuntut reformasi. Wiranto saat itu, menjabat sebagai Panglima ABRI. "Orangnya yang ngurus demo sejak 98, yang memang rekam jejaknya selalu disorot. Dan secara substansi juga ngomongnya model orde baru, dilarang demo lah, gak etis lah," kata Adi.
Sejumlah  pengamat politik juga menyarankan, Presiden Jokowi mesti memahami keresahan generasi milineal dan kalangan yang  pro KPK untuk mengatasi demonstrasi. Pemerintah seharusnya tidak nekat,  Jokowi perlu meniru cara SBY   ketika  mengatasi hal serupa.
Share:

4 Tahun Jokowi, Berjaya di Infrastruktur tapi Loyo di Manufaktur


TEMPO.COJakarta - Sejumlah pihak mengingatkan agar pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi dan Jusuf Kalla tak larut dalam upaya menggenjot pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara masif sepanjang empat tahun belakangan ini. Pasalnya, masih banyak aspek Nawacita lainnya yang belum optimal diimplementasikan, sementara waktu tersisa pemerintahan kurang dari satu tahun lamanya.
Dalam Nawacita yang disorongkan oleh Jokowi dan Jusuf Kalla dalam pemerintahannya 2014-2019 ini, setidaknya ada tiga program terkait ekonomi di dalamnya. Ketiga program itu tersebar di poin 3,6 dan 7. Poin pertama Nawacita yang terkait bidang ekonomi adalah: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Adapun poin kedua adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Sementara poin ketiga adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Dalam pemerintahan Jokowi tak sedikit upaya perbaikan produktivitas melalui pembangunan infrastruktur dilakukan. Mulai dari jalan yang dibangun hingga mencapai 3.432 km, jalan tol 947 km, dan jembatan mencapai 39,798 km.
Tak hanya itu, ada sekitar 12 bandara yang telah selesai serta pemeliharaan dan pengembangan untuk lebih dari 400 bandara. Belum lagi jalan tol, pelabuhan, rel kereta api, irigasi, bendungan, embung, listrik dan sebagainya.
Staf Khusus Kepresidenan Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menyebutkan pembangunan infrastruktur digenjot di wilayah Indonesia bagian timur dan perdesaan intinya tidak cuma menafkahi kebutuhan pertumbuhan. "Tetapi juga menyantuni mandat pemerataan," katanya.
Infrastruktur juga diyakini memiliki elastisitas tertinggi sebagai pengungkit investasi, yang pada gilirannya akan menyokong pertumbuhan ekonomi sampai 25-30 tahun ke depan. Jadi, sampai periode itulah pertumbuhan dapat disangga sehingga bisa dikatakan pemerintah tak hanya berpikir dalam jangka pendek atau menengah, tetapi juga memikirkan kepentingan jangka panjang. “Ini bakal menjadi standar kerja suatu pemerintahan,” kata Erani. 
Erani menambahkan, selama empat tahun belakangan ini pemerintah telah berupaya memperbaiki produktivitas rakyat di antaranya dengan melakukan 8 hal. Kedelapan hal itu adalah dengan menjaga daya beli masyakarat melalui inflasi rendah, restrukturisasi belanja negara dari belanja nonproduktif (BBM) ke belanja infrastruktur (belanja modal), memastikan realisasi dana desa sesuai target dan memberi beasiswa LPDP untuk perbaikan kualitas SDM.
Selain itu pemerintah menerapkan kebijakan BBM satu harga, peningkatan rasio elektrifikasi, meningkatkan peranan BUMN sebagai agent of development, serta menjamin akses lebih luas kepada golongan berpenghasilan kecil lewat lembaga mikro nelayan dan kartu tani. Dari sisi internal pemerintah juga melakukan deregulasi dan debirokratisasi sehingga dapat memperbaiki daya saing bangsa.
Hal itu, menurut Erani, mampu memperbaiki daya saing ekonomi, terbukti peringkat memulai usaha (cost of doing business) yang dirilis oleh Bank Dunia menunjukkan perbaikan. “Pada 2017, Indonesia sudah berada pada peringkat 72 dari posisi 120 pada 2014,” ujarnya.
Erani menjelaskan, dari sisi internal, pemerintah sudah melakukan deregulasi dan debirokratisasi, sehingga dapat memperbaiki daya saing bangsa. Sementara dari sisi eksternal, pemerintah sangat aktif dalam forum ekonomi internasional.
Lewat forum-forum itu pula, kata Erani, pemerintah dapat mengomunikasikan kondisi fundamental ekonomi nasional. “Lembaga dunia pun mengapresiasinya lewat peringkat utang dan investasi Indonesia yang semakin baik.”
Terkait dengan kemandirian ekonomi, Erani menjelaskan, pemerintah sudah berhasil menjaga defisit Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara jauh di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Rasio utang pun bergerak di bawah level yang masih aman. 
Tren perekonomian terus naik dengan angka pertumbuhan 5,01 persen di 2014 dan pada akhir tahun 2018 ini ditargetkan bisa mencapai 5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi itu membaik itu karena sejak 2004 untuk pertama kalinya diiringi penurunan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sekaligus.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan peran BUMN dalam pembiayaan perekonomian sehingga pilihan-pilihan dan sumber pembiayaan negara semakin beragam. “Yang terbaru adalah pemerintah sudah berhasil mengembalikan aset bangsa dari perusahaan multinasional, untuk dikelola oleh BUMN, seperti Freeport dan Blok Rokan,” kata Erani.
Meski begitu, sejumlah pihak masih mempertanyakan pencapaian Nawacita selama empat tahun Jokowi dan Jusuf Kalla menjalankan pemerintahan. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menyayangkan pemerintahan Jokowi lebih fokus dalam menggenjot infrastruktur, namun industri manufakturnya loyo bahkan tumbuh hanya 3,9 persen pada kuartal II 2018.
Hal ini, menurut Bhima, yang kemudian memicu defisit transaksi berjalan adalah tingginya defisit neraca perdagangan akibat lonjakan impor akibat tingginya impor bahan baku dan barang modal. Impor terpaksa dilakukan karena struktur industri nasional yang belum diperbaiki
Sementara itu Sosiolog Universitas Gadjah Mada Arie Sujito menyoroti pemerataan dan keberlanjutan dalam mengelola sumber daya. Sebab, sejauh ini, ia menilai implementasi pembangunan infrastruktur yang masif sudah dinikmati oleh kalangan atas.
Pekerjaan besarnya adalah mendorong pemanfaatan yang lebih besar bagi kelompok menengah ke bawah sehingga menggerakkan ekonomi mereka. "Capaian-capaian Nawacita berhasil, tapi birokrasi kita tidak sepenuhnya mampu mendorong ke sana. Banyak ide-ide brilian yang belum berhasil diperjuangkan," kata Arie.
Saat ini, menurut Arie, masih ada pekerjaan rumah besar pemerintah selanjutnya. Salah satunya adalah memastikan negoisasi divestasi saham PT Freeport Indonesia oleh pemerintah bisa berdampak langsung kepada kepentingan nasional dan masyarakat Papua.
Sementara itu, Direktur Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia M. Faisal menilai masih ada banyak kelemahan dalam program pengentasan kemiskinan, terutama dalam hal peningkatan daya beli.
Langkah pemerintahan Jokowi yang justru mencabut subsidi BBM di awal masa pemerintahan, menurut Faisal, berdampak pada inflasi dan menggerus daya beli masyarakat. “Baru dalam satu tahun terakhir pemerintah meningkatkan program2 bantuan sosial dan subsidi secara masif,” ucap Faisal pada Tempo.
Selain itu, yang paling penting dalam pengentasan kemiskinan adalah penciptaan lapangan kerja dan di sini letak kelemahan utamanya. “Selama tiga tahun pertama memang terjadi pertumbuhan lapangan kerja sebanyak 10 juta jiwa lebih, tapi semuanya adalah lapangan kerja informal, lapangan kerja formal justru stagnan bahkan mengalami pengurangan,” tutur Faisal.
Sektor-sektor strategis kunci yang semestinya didorong justru selama 4 tahun terakhir terbengkalai, yakni sektor industri manufaktur yang justru menjadi penyumbang terbesar terhadap PDB dan salah satu penyumbang terbesar lapangan kerja. Sektor ini justru terus mengalami deindustrialisasi, sehingga wajar kalau pertumbuhan PDB pun tertahan di level 5 persen dan kinerja ekspor juga lemah karena lemahnya daya saing ekspor manufaktur.
Walhasil, di tahun ini Indonesia menghadapi defisit perdagangan yang melebar dan pelemahan nilai tukar, karena lemahnya fundamental ekonomi, khususnya di industri manufaktur. Upaya menahan laju impor juga akan sulit bila industri dalam negeri tidak berdaya saing kuat, artinya punya gap daya saing yang lebar dengan produk manufaktur dari luar.
Faisal menjelaskan, dalam membangun kemandirian di sektor strategis, yang penting adalah membangun struktur industri manufaktur yang dalam dan dengan value chain dan linkages yang kuat di dalam negeri. “Baik forward linkage maupun backward linkage,” tuturnya.
Kalau itu tidak dibangun, Faisal khawatir industri manufaktur akan makin tergantung pada bahan baku dan penolong dari luar. Sehingga tidak heran ketika ingin mendorong industri di dalam negeri, maka akan diikuti dengan peningkatan impor bahan dan baku penolong. “Artinya bakal makin menekan neraca perdagangan dan transaksi berjalan,” ucapnya.
Nah, pada saat daya saing industri manufaktur lemah ini, menurut Faisal, maka penetrasi ekspor juga menjadi lemah. Meskipun pemerintah Jokowi dan Jusuf Kalla sudah mencoba untuk memperluas kerjasama pasar bebas dengan negara lain, tapi efektivitas dari strategi ini rendah karena permasalahan utama yaitu daya saing produk ekspor manufakturnya sendiri sudah kalah bersaing dengan kompetitor seperti Vietnam yang punya produk-produk ekspor andalan yang serupa dengan Indonesia.
Share:

Anggaran Infrastruktur 2019 Naik Jadi Rp 420,5 T, Ini Rinciannya


TEMPO.COJakarta - Pemerintah masih akan merampungkan target pembangunan infrastruktur pada 2019. Presiden Joko Widodo atau Jokowi berujar pemerintah akan menambah alokasi anggaran infrastruktur menjadi Rp 420,5 triliun tahun depan atau naik dibanding tahun 2018 sebesar Rp 410,4 triliun.
"Dana APBN akan digunakan sebagai katalis," ujar Jokowi saat menyampaikan nota keuangan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Alokasi anggaran itu jauh lebih besar ketimbang anggaran infrastruktur di tahun 2014 yang hanya sekitar Rp 154,7 triliun. Angka itu juga ditingkatkan menjadi Rp 256,1 triliun di awal Kabinet Kerja pada tahun 2015.
Dana jumbo itu direncanakan akan dipergunakan untuk membangun 667 kilometer ruas jalan nasional baru, 905 kilometer jalan tol, 48 unit bendungan, dan 162 ribu hektare jaringan irigasi. "Kita akan terus melanjutkan penyelesaian target pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pembangunan di daerah," ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, pembangunan infrastruktur ini akan memperkuat konektivitas, menyambungkan berbagai potensi ekonomi di seluruh Indonesia, memeratakan pembangunan, menumbuhkan kegiatan ekonomi baru, serta meningkatkan distribusi barang dan jasa. Dengan demikian, hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta pengurangan ketimpangan.
Lebih jauh Jokowi memaparkan bahwa sejak tahun 2015 hingga sekarang, pemerintah telah membangun jalan, rekonstruksi, dan pelebaran jalan nasional sepanjang 12.783 kilometer, 11 bandara baru. Selain itu, dari tahun 2016 sampai 2017 sudah dibangun sekitar 369 kilometer spoor rel kereta.
Pemerintah juga memberikan penjaminan pada program pembangunan infrastruktur energi prioritas, seperti pembangunan pembangkit tenaga listrik 10 ribu megawatt tahap 1, infrastruktur digital berupa akses internet di daerah non-komersial dan broadband di desa. Belum lagi, penjaminan program penyediaan air minum kepada 11 PDAM, serta penjaminan program kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Di sisi lain, dalam rangka menyediakan perumahan bagi masyarakat, pemerintah telah memfasilitasi kepemilikan 781 ribu unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui dana bergulir, subsidi bunga, bantuan uang muka, dan insentif perpajakan.
"Kita akan melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Tanah Air, melalui skema pembiayaan pembangunan infrastruktur di luar APBN dengan melibatkan pihak swasta," ujar Jokowi. Namun, dalam situasi global yang bergejolak, pemerintah akan
berhati-hati menjaga pembiayaan infrastruktur agar risiko tetap terjaga dan berkelanjutan.
Share:

Ibu Kota Baru Segera Diputuskan, Infrastruktur Dibangun di 2020


TEMPO.COJakarta - Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menargetkan kajian akhir terkait lokasi definitif calon ibu kota rampung pada akhir tahun ini. Dengan begitu, kata dia, persiapan pembangunan infrastruktur dasar bisa dimulai pada 2020.
"Kajian ini tentunya akan final tahun ini, keputusan lokasi bisa tahun ini, sehingga pada 2020 persiapan pembangunan dan infrastruktur dasar sudah bisa dilakukan," kata Bambang di Gedung Bina Graha, Jakarta Pusat, Senin 13 Mei 2019.
Menurut Bambang, jika kajian tersebut telah selesai diharapkan pemerintah bakal melakukan persiapan dari sisi perundangan-undangan. Terutama untuk mengubah peraturan atau menerbitkan aturan baru terkait pemindahan ibu kota.
Selain itu, pemerintah telah memikirkan untuk mengubah rencana tata ruang yang juga harus direvisi. Tak hanya itu, pemerintah juga akan merancang, skema pembiayaan dan juga insentif untuk mendorong para pengusaha untuk memindah Infrastruktur ekonomi dasar di lokasi ibu kota baru.
"Insentif ini diberikan karena biaya pemindahan ini tidak murah. Juga kami berharap pembangunan ibu kota supaya tak banyak menggunakan dana dari APBN," kata Bambang.
Sebelumnya, Bambang telah menyebut rencana pemindahan ibu kota ke luar Jawa ini bakal menelan biaya sekitar Rp Rp 323 – Rp 466 triliun. Adapun jumlah luas lahan yang dibutuhkan sekitar 30 ribu dan 40 ribu hektare.
Selain itu, dua lokasi yang kini menjadi kandidat kuat calon ibu kota baru adalah di sekitar Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur dan Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah. Kemudian, dengan pemindahan ibu kota ini diperkirakan akan membawa sebanyak 1,5 juta penduduk yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI dan Polri
Share:

Darmin Nasution Cerita Soal Pembangunan Infrastruktur


TEMPO.CO, Depok- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi memiliki perbedaan utama dengan pemerintahan presiden sebelumnya. Menurut dia, pemerintahan Jokowi lebih mengutamakan penawaran dengan membangun infrastruktur untuk menggerakkan perekonomian.
 
"Oleh karena itu program-program besar dimulai dengan infrastruktur, dimulai dengan persoalan pertanahan," ujar Darmin ketika menyampaikan keynote speech dalam acara Dies Natalis Ke-11 Program Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Senin, 22 Juli 2019.
Pada 14 Juli lalu, Presiden terpilih Jokowi menyampaikan pidatonya dalam acara Visi Indonesia. Visi tersebut berisi visi pemerintahannya bersama Ma'ruf Amin di periode ke depan.

Jokowi mengatakan akan meneruskan membangun infrastruktur. Menurut Jokowi, infrastruktur-infrastruktur besar seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara, akan dihubungkan dengan pusat-pusat perekonomian, seperti pusat produksi masyarakat, kawasan ekonomi khusus, industri kecil, dan pariwisata.
Dia juga berjanji bakal memastikan infrastruktur-infrastruktur besar dengan persawahan, perkebunan, dan tambak-tambak perikanan.
Mantan Wali Kota Solo ini memastikan bahwa dalam lima tahun ke depan program pembangunan infrastruktur masih akan terus berlanjut. Ke depan, pembangunan bakal dipercepat untuk menyambungkan masing-masing infrastruktur yang telah dibangun agar terkoneksi.
Share:

Integrasi Infrastruktur Kunci Agar Investasi Asing Tak Jauhi RI


Presiden Jokowi mencatat 33 perusahaan yang keluar dari China memilih untuk investasi di Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Dia meyakini bahwa ada persoalan serius sehingga para investor tak ada yang berinvestasi di Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, mengatakan integrasi adalah kunci untuk menarik investor agar mau berinvestasi. Selama ini infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah belum cukup mendongkrak investasi karena kurangnya integrasi antara produksi dan pasar.
"Kuncinya integrasi. Jadi memanfaatkan dekat dengan pusat investasi. Tapi kalau kemarin tidak dibangun infrastruktur kan sulit terintegrasi. Kita sudah punya modal. Walau masih kurang, tapi apa yang kita bangun harus dioptimalkan dengan pusat produksi dan peningkatan SDMnya," ujar Heru di Grand Sahid, Jakarta, Senin (9/9).
Dalam menjalankan investasi, infrastruktur yang menghubungkan segala elemen menjadi faktor utama. Hal ini akan menentukan apakah produk yang dihasilkan kompetitif dan berdaya saing. Tanpa infrastruktur yang terintegrasi maka, produk yang dihasilkan akan mahal dan mati dipasaran.
"Investor yang ingin berinvestasi ke suatu negara tentu saja ingin memastikan bahwa investasi ini akan berdayaguna secara efektif. Dan salah satu faktor tentu adalah infrastruktur kalau infrastruktur itu tidak mendukung maka investasi menjadi investasi yang kosong," jelasnya.
"Misalnya transportasi, logistik dan itu membuat yang namanya produk itu menjadi tidak kompetitif dan itu bergantung pada infrastruktur. Di luar itu, masalah kemudahan perizinan dan lain sebagainya ada baiknya ditanyakan kepada yang membuat perizinan," sambung Heru.
Untuk itu, dia berharap, pemerintah lebih kerja keras membuat infrastruktur terintegrasi satu dengan yang lain. Juga harus membuat infrastruktur yang mampu dekat dengan pasar agar biaya produksi dapat diperkecil.
"Artinya, kita masih harus lebih kerja keras lagi (agar investasi masuk) untuk membangun infrastruktur dan memastikan infrastruktur yang sudah kita bangun ini, itu terhubung atau terintegrasi atau terkoneksi dengan pusat produksi itu misalnya dengan perdagangan," tandasnya.
Share:

Jokowi Sebut Pembangunan Infrastruktur Tak Selalu Soal Ekonomi Tapi Persatuan Anak


Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur dalam lima tahun terakhir dan mendatang bukan hanya urusan ekonomi namun menyangkut persatuan antaranak bangsa.
"Pembangunan infrastruktur lima tahun lalu telah kita mulai dan kita kerjakan. Infrastruktur tidak hanya urusan ekonomi," kata Presiden Jokowi saat membuka Kongres XXII PGRI di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara, Jumat malam, (5/7).
Kepala Negara mencontohkan pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, tidak hanya menyangkut urusan transportasi dan logistik.
"Dengan adanya infrastruktur ini juga akan semakin menguatkan persatuan antaranak bangsa karena dari Aceh sampai Papua bisa tersambung, antardaerah terhubung. Inilah infrastruktur yang menyatukan negara kita," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Ia menyebutkan tidak ada negara yang memiliki pulau sebanyak Indonesia. Semua itu memerlukan infrastruktur, air bersih, listrik, jalan dan semua pendukung.
"Betapa memanajemen negara kita tidak mudah, tantangan kita tantangan besar karena memang kita negara besar," kata Jokowi.
Fokus Kualitas SDM
Ia menyebutkan dalam lima tahun ke depan, pemerintah menetapkan bahwa pembangunan kualitas SDM adalah prioritas pembangunan nasional.
"Artinya bapak ibu berperan sentral dalam lakukan program pembangunan SDM ini. Kualitas SDM di semua profesi harus ditingkatkan sehingga kita mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang berubah dengan cepat, " katanya seperti dikutip dari Antara.
Menurut dia, tujuan pendidikan tak lagi hanya mencetak siswa yang berpengetahuan namun juga siswa yang memiliki ketrampilan, berskill dan karakter.
Pendidikan Pancasila misalnya, tidak cukup berikan pendidikan Pancasila saja namun juga membentuk karakter SDM ber-Pancasila pada setiap murid.
Menurut dia, pendidikan di Indonesia harus mampu memberikan bekal skill pada siswa sesuai kebutuhan zaman sehingga ketika kebutuhan SDM jadi kebutuhan utama maka peran guru menjadi sentral.
"Guru harus menjadi agen transformasi membangun talenta anak bangsa," kata Jokowi
Share:

Prabowo-Sandi Akan Evaluasi Proyek Infrastruktur Era Jokowi


Kubu Prabowo-Sandiaga melihat gencarnya infrastruktur yang dibangun era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak semuanya bermanfaat bagi rakyat. Oleh sebab itu, jika Prabowo-Sandiaga menang Pilpres 2019, akan meninjau ulang kebijakan tersebut.
Koordinator Jubir Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan, Capres Prabowo sudah menegaskan dalam pidato kebangsaan beberapa waktu lalu soal infrastruktur.
"Semua regulasi dan proyek infrastruktur yang merugikan negara dan rakyat seperti disampaikan Pak Prabowo pada pidato visi misi di JCC pada beberapa waktu lalu akan ditinjau ulang," kata Dahnil kepada merdeka.com, Rabu (23/1).
Dahnil mengomentari kritik Wapres Jusuf Kalla (JK) terhadap infrastruktur yang tengah gencar dibangun oleh pemerintah. Setidaknya ada tiga proyek besar yang dikritik JK, mulai dari MRT Palembang, LRT di pinggir tol Jagorawi dan kereta Trans-Sulsel.
Dahnil mengakui, kubunya melihat ada potensi pembangunan yang dilakukan Jokowi malah membebani negara dan rakyat Indonesia. Apalagi, pembangunan dilakukan bukan karena kemampuan APBN, tapi bantuan asing dalam bentuk utang negara.
Oleh sebab itu, koalisi yang didukung Gerindra, Demokrat, PAN, PKS dan Berkarya ini berkomitmen untuk meninjau ulang sejumlah infrastruktur Jokowi yang tidak tepat sasaran apabila mendapatkan mandat dari rakyat pada 17 April mendatang.
"Jangan sampai proyek-proyek itu membebani masa depan ekonomi dan pembangunan Indonesia," tegas Dahnil.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) beberapa kali menyampaikan kritik terhadap beberapa proyek infrastruktur yang tengah gencar dibangun pada era pemerintahan Presiden Jokowi. Salah satunya soal proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT).
JK menyinggung kondisi LRT Palembang yang kini hanya menjadi ajang coba-coba para turis lokal yang datang. "LRT Palembang jadikan coba-coba turis lokal saja," kata JK.
Karena itu, dia mengingatkan agar pembangunan infrastruktur tidak hanya memperhatikan aspek secara teknis, tapi juga dampak terhadap perekonomian.
"Ini suatu tanggung jawab kita semua untuk melihat itu sebagai bagian daripada evaluasi kita meningkatkan infrastruktur tapi juga manfaatnya bagaimana," kata JK.
JK juga menyinggung proyek pembangunan kereta api Trans Sulawesi dari Makassar ke Manado. Menurut JK, proyek tersebut tidak efisien, karena tidak ada yang menaiki transportasi tersebut.
"Sama kereta api Sulawesi-Manado, siapa yang mau naik ke Makassar? Barang apa yang mau diangkut dari selatan ke utara, utara ke selatan? Hanya perpendek saja di Sulawesi untuk kebutuhan memperbaiki industri. Kalau barang tidak akan efisien," kata JK.
Tak hanya soal LRT di Palembang, JK juga mengkritik pembangunan LRT Jabodetabek yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km). Menurutnya, pembangunan LRT dengan skema elevated (layang) dinilai kurang efektif.
"Saya kasih contoh, membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated (jalur layang). Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol?" ucap JK.
Menurut dia, di sejumlah negara, pembangunan LRT tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol. Pembangunan jalur layang justru akan membuat biaya semakin membengkak.
"Biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah. Tapi bangunnya gitu. Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya Rp 500 miliar per kilometer," kata JK mengkritik proyek infrastruktur.
Share:

PUPR Buka Peluang Ada Proyek Infrastruktur Besar 5 Tahun Mendatang


Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan visi pemerintahannya untuk 5 tahun ke depan. Pada kesempatan tersebut, hal pertama yang disampaikan Jokowi yakni ingin kembali melanjutkan pembangunan infrastruktur.
"Pembangunan infrastruktur akan terus kita lanjutkan! Infrastruktur yang besar-besar sudah kita bangun. Ke depan, kita akan lanjutkan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur besar tersebut, seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara dengan kawasan-kawasan produksi rakyat," tuturnya.
"Kita sambungkan dengan kawasan industri kecil, sambungkan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sambungkan dengan kawasan pariwisata. Kita juga harus menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan," tambahnya.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Syarif Burhanuddin, tak menutup kemungkinan adanya tambahan proyek infrastruktur besar pada rentang waktu 2019-2024.
"Bisa saja (ada tambahan proyek infrastruktur besar). Nanti kan ada Renstra (Rencana Strategis) nya untuk 5 tahun," ujar dia saat berbincang dengan rekan wartawan di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (15/7).
Syarif pun memastikan, berbagai program infrastruktur seperti pembangunan bendungan dan jalan tol yang telah dicanangkan tetap akan dilanjutkan. "Semua yang sifatnya infrastruktur ini perlu dilanjutkan, karena dia tergabung menjadi satu sistem. Kita tidak ingin ada yang kemudian tidak berfungsi," tegas dia.
Dia menyatakan, seluruh proyek-proyek yang dibangun pemerintah melalui Kementerian PUPR setidaknya memiliki suatu destinasi yang pasti. Sebagai contoh, dia mengilustrasikan tujuan pembangunan sebuah proyek jalan nasional.
"Misalnya (infrastruktur) untuk pariwisata, untuk mendukung industri, mendukung ekonomi. Itu semua harus mengarah ke sana. Jadi tidak ada satupun jalan yang tidak jelas mau dibuat ke mana (tujuannya)," pungkas Syarif.
Share:

Menteri PUPR: Infrastruktur Tetap jadi Fokus Pemerintah 5 Tahun Mendatang


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur tetap akan menjadi salah satu fokus dari Pemerintah dalam 5 tahun ke depan. Selain infrastruktur, pemerintah juga fokus dalam pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Jadi tetap masih ada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), terus ada infrastruktur. Jadi visi Presiden (Jokowi), selain peningkatan SDM, tetap mendampingi pembangunan infrastruktur," ungkapnya beberapa waktu lalu, seperti dikutip Jumat (5/7).
"Saya kira sesuai dengan visi presiden. Jadi visinya adalah melaksanakan visi presiden, enggak ada yang lain," sambungnya.
Salah satu pertimbangan mendorong infrastruktur demi menaikan peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EODB). Sebab, pada 2018 lalu EODB Indonesia turun satu peringkat dari 72 ke 73.
"Ease of Doing Business kita agak turun kan, dari 72 jadi 73. Salah satunya karena infrastruktur. Jadi pembangunan infrastruktur tetap masih dibutuhkan," jelas Menteri Basuki.
Proyek yang akan dikerjakan ke depan antara lain, proyek Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 Kilometer (km), Tol Trans Jawa sejauh 933 km, serta Trans Papua sepanjang 4.330 km dan Jalan Perbatasan di Papua sebesar 1.098 km.
"Seperti penyelesaian Trans Sumatera, kemudian melengkapi Trans Jawa yang sampai Banyuwangi, kemudian untuk konektivitas pembangunan jalan di Papua, kita tetap akan selesaikan itu," paparnya.
Khusus untuk proyek jalan di Papua, Menteri Basuki berjanji akan menyelesaikannya meskipun terkendala oleh beberapa hal seperti masalah pembebasan lahan hingga insiden pembunuhan pekerja konstruksi.
"Untuk infrastruktur di Papua kita juga akan selesaikan itu. Sekarang kan lagi dibuka (membebaskan lahan). Untuk seterusnya akan diselesaikan untuk jembatannya, untuk pengerasan (jalannya), untuk di daerah perkotaan," tandasnya.
Share:

Infrastruktur, Kebutuhan Politik atau Kesejahteraan Rakyat?


Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla fokus membangun infrastruktur sejak menjabat 2014 lalu. Pembangunan ini menjadi salah satu program yang gencar dilaksanakan agar pertumbuhan ekonomi semakin merata.
Fokus Jokowi adalah mengembalikan peradaban maritim dengan memperkuat konektivitas laut. Namun, tidak berarti pembangunan lain dijadikan nomor dua, karena pembangunan era Jokowi juga berfokus pada konektivitas darat, laut, dan udara.
Jokowi tentu akan membeberkan keberhasilannya di periode pertama saat melakoni debat kedua Pilpres pada Minggu 17 Februari nanti. Tema yang diangkat adalah energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Jokowi mencontohkan, dalam empat tahun pemerintahan dipimpinnya telah mampu membangun jalan tol kurang lebih sepanjang 782 kilometer. Sebelumnya, selama 40 tahun Indonesia hanya mampu membangun 780 kilometer.
Dilansir dari "Laporan 4 Tahun Jokowi-JK", jalur darat hingga tahun 2018, pemerintah berhasil membangun jalan sepanjang 3.432 kilometer dan jalan tol sepanjang 947 kilometer. Pembangunan jembatan juga dilakukan, yakni sepanjang 39 kilometer dan jembatan gantung 134 unit.

Jalur kereta api sepanjang 754,59 kilometer spoor dan peningkatan serta rehabilitasi jalur sepanjang 413,6 kilometer spoor.
Pembangunan rel kereta api di luar pulau Jawa pun makin digencarkan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah Kementerian Perhubungan mempercepat pembangunan jalur KA yang akan menghubungkan Kota Makassar hingga Parepare sepanjang sepanjang 145 kilometer.
Lebih lanjut, pembangunan Light Rail Transit (LTR) dilakukan di Jawa dan Sumatera Selatan. LTR Palembang dicanangkan melayani 13 stasiun per Oktober ini.
Di daerah Jakarta, LRT dan Mass Rapid Transit (MRT) dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2019 mendatang. Ketergantungan publik pada kendaraan pribadi pun diharapkan akan berkurang.

Jalur kereta api pun semakin populer di kalangan masyarakat. Tercatat, rata-rata pertumbuhan penumpang kereta api antara 2014-2017 mencapai 8,9 persen. Angka itu mengalahkan pertumbuhan penumpang pesawat yang hanya 6,5 persen.
Untuk jalur udara, pembangunan bandara telah dilakukan di berbagai pulau, mulai dari Papua sampai Kalimantan. Beberapa bandara yang sukses dibangun adalah Bandara Maratua di Kabupaten Berau, Bandara Kertajati di Majalengka, Bandara Morowali di Kabupaten Morowali, dan Bandara Werur yang berdekatan dengan kawasan wisata Raja Ampat.
Sama halnya dengan jalur darat, pembangunan di era Jokowi ikut berfokus pada revitalisasi. Sebanyak 408 bandara telah direvitalisasi dan dikembangkan. Bandara-bandara tersebut berada di daerah rawan berencana, terisolasi, dan wilayah perbatasan.
Meski pertumbuhan penumpang angkutan udara lebih rendah dari kereta api, tetapi pembangunan jalur udara memberi hasil ekonomi signifikan bagi daerah terpencil atau sulit dijangkau. Sebab, terjadi penurunan selisih harga kebutuhan pokok sebesar 57,21 persen berkat transportasi udara.


Jalur laut, hingga 2018 telah dibangun 19 pelabuhan. Pembangunan tersebut juga digencarkan di timur Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Pelabuhan Laut Tapaleo di Maluku Utara dan Pelabuhan Untia di Makassar. Yang tak kalah fenomenal adalah pembangunan Makassar New Port yang kelak akan menjadi pelabuhan terbesar di timur Indonesia, serta bisa mengirim logistik dari wilayah timur langsung ke negara-negara Asia Tenggara dan Timur.
Kapasitas pengangkutan barang lewat laut meningkat dari 16,7 juta TEUs/tahun pada 2014 menjadi 19,7 juta TEUs per/tahun pada 2017. Pembangunan pelabuhan bisa menjadi insentif pagi pebisnis dan eksportir, sebab biaya pengiriman logistik semakin murah.
Pembangunan telekomunikasi, Kominfo gencar membangun jaringan fiber optik di Indonesia. Proyek yang disebut Palapa Ring ini akan menghasilkan serat optik sepanjang 36 ribu kilometer.
Proyek ini terbagi atas tiga bagian, Palapa Ring Barat di Kepulauan Meranti, Kepulauan Anambas, Tanjung Bemban, dan Kuala Tungkal. Kemudian, Palapa Ring Tengah yang akan menghubungkan 17 kota/kabupaten yang berada di provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Lalu ada Palapa Ring Timur untuk daerah Papua dan Papua Barat.
Penyelesaian pembangunan PLP Barat sudah 74 persen, diikut PLP Tengah yang mencapai 35 persen, dan PLP Timur saat ini baru mencapai 18 persen. Namun, PLP Barat sudah dapat beroperasi sejak Maret lalu. Lebih lanjut, sebanyak 175 ribu menara BTS telah diperkuat, dan mobile coverage sudah mencakup sampai 75 ribu kelurahan.
Pembangunan yang berorientasi pada ketahanan pangan mencakup bendungan, embung, dan jalur irigasi. Salah satu bendungan yang dibangun adalah Bendungan Tanju di Nusa Tenggara Barat.
Ada pula Bendungan Jatigede yang telah beroperasi pada Januari 2017 lalu. Bendungan ini sejatinya merupakan visi Presiden Soekarno yang selesai di era Jokowi.

Pembangunan embung dilakukan oleh Kementerian PUPR (846 unit), Kementerian Pertanian (2.348), dan Kementerian PDTT (1.927). Totalnya sejauh ini adalah 5.121 embung.
Jaringan irigasi juga dikembangkan. Pembangunan jaringan baru seluas 860.015 hektar, dan yang direhabilitasi mencapai 2.319.693 hektar.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara tetap mengkritik pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol tidak menyentuh langsung masyarakat. Dia melihat proyek-proyek itu adalah investasi mengandung nilai-nilai untuk penanaman modal.
"Bila bicara tentang modal dan investasi apakah langsung menyentuh masyarakat? Nah itu saya kembalikan pertanyaannya. Infrastruktur yang menyentuh masyarakat itu irigasi, air bersih, pengelolaan sampah, itu yang menyentuh langsung ke masyarakat," tuturnya kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, yang diinginkan Prabowo adalah infrastruktur untuk rakyat, bukan semata mata untuk pemilik modal. Lalu apa terobosan infrastruktur dari Prabowo-Sandiaga jika mendapat kepercayaan memimpin?
"Jadi prioritas-prioritas seperti itu yang akan dilakukan, termasuk air bersih. Apabila kita terjadi semacam krisis air bersih, siapa yang akan mengalami langsung? Kan masyarakat. Kita krisis air bersih loh, nah ini yang menjadi utama. Kemudian sampah, sampah di Jakarta dan kota-kota lain menjadi persoalan utama kan, ini yang harus kita temukan formulasi ataupun solusinya," jelas Suhendra.


Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Johnny G Plate mengatakan, Jokowi sudah bergeser dari pembangunan ekonomi ke pembangunan sumber daya manusia. Berbagai pembangunan infrastruktur menjadi bukti nyata kesuksesan Jokowi di periode pertama pemerintahannya.
"Sudah lebih maju dibandingkan Pak Prabowo yang masih utak utik menilai kinerja kabinet Jokowi-JK sambil tidak mikirin Indonesia mau di bawa kemana," tegasnya.
"Pak Jokowi sudah memikirkan Indonesia mau dibawa kemana nanti, itu ditingkat menyediakan sumber daya manusia dalam jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh negara. Prabowo masih ngomongin impor, jalan, infrastruktur, Jokowi sudah sumber daya manusia, sudah jauh di depan," tambahnya.
Juru bicara TKN, Mukhammad Misbakhun mengatakan visi membangun infrastruktur merupakan pilihan kebijakan mengakselerasi pertumbuhan sebagai upaya untuk menuju Indonesia sebagai negara maju.
"Pilihan Pak Jokowi adalah di dalam pembangunan infrastruktur, membawa Indonesia keluar dari middle income trap ke negara berpenghasilan tinggi. Semua strategi, teori itu dilakukan oleh semua negara sekarang untuk menjadi negara maju," katanya.
Pemerintah setelah membangun infrastruktur, lanjutnya, meneruskan dengan membangun cluster-cluster industri yang sesuai dengan kearifan lokal di wilayahnya masing-masing.
"Pelabuhannya sudah dibangun di sini, tolnya di sini, kawasan industrinya wilayah mana, itu akan menjadi sebuah integrasi sistem pembangunan secara kewilayahan," tandasnya.
Share:

Recent Posts